Senin, 14 November 2016

Bulan Masih Penuh



Bulan Masih Penuh
Bulan masih penuh pagi itu. Rinduku pada jiwa yang telah pergi menggelayut manja di pelupuk fajar. Samar raga rembulan perlahan pudar diterpa sinar mentari. Namun masih kulihat dia bertahta di sana.
Perjalanan yang kususuri kala itu berbingkai panorama hijau. Sepanjang langkah kulihat hamparan anugerah tak terkira. Sinar jingga berpendar di sela-sela pepohonan. Gunung nun jauh tetap berdiri tegak walau tersipu malu di balik kabut. Deru mesin-mesin beradu, mengantar langkah ribuan manusia. Aku salah satu dari mereka, penjelajah hari pengharap berkah.
Bulan masih penuh pagi itu. Mendampingi sepanjang syukurku terhadap nikmat. Sekilas kulihat senyumnya tipis menggantung di atas lembah bertabur flora. Sekelompok pekerja menyusuri jalur hijau di atas bumi, berbincang sembari meniti langkah-langkah kecil menuju penghidupan.
Bulan masih penuh pagi itu. Dia tak lepas dari sisiku. Mungkin ada dia di sana, bersanding dengan rembulan dan menyampaikan rindu lewat aroma pagi yang menyejukkan. Sesaat bisa aku rasakan pelukannya meresap pada kehadiran sang bulan. Pelukan dari jiwa yang kurindukan.
Bulan masih penuh pagi itu. Seperti masa lalu yang pernah kulewatkan bersamanya. Berlari-lari di hamparan daun teh, menyapa rembulan yang bersiap pergi. Sementara matahari kian perkasa di ufuk timur, kami saling menggenggam, meleburkan harap.
Pada bulan yang bersiap pergi, kutitipkan setangkup cinta pada jiwa yang kurindu.
***
Cipularang, 26 Juni 2013
Share:

Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar

VIEWERS

368,569

Text Widget

Recent Posts

BTemplates.com