Minggu, 06 November 2016

PUISI KARYA SITONG SIMORANG



PUISI KARYA SITONG SIMORANG
Di hari Minggu di hari iseng
Di silau matahari jalan berliku
Kawan habis tujuan di tepi kota

Di hari Minggu di hari iseng
Bersandar pada dinding kota
Kawan terima kebuntuan batas

Di hari panas tak berwarna
Seluruh damba dibawa jalan

Di hari Minggu di hari iseng
Bila pertemuan menambah damba
Melingkar di jantung kota
Ia merebah pada diri dan kepadatan hari
Tidak menolak tidak terima

Kembang, boneka dan kehidupan
Kembang, boneka dan kerinduan
Si adik ini ingin teman
Si anak ini punya ketakutan

Hari-hari kemarin
Punya keinginan
Berumah ufuk, ombak menggulung

Hari-hari kandungan
Tolak keisengan
Ramai-ramai di kebun binatang

Kembang, boneka dan kehidupan
Kembang dan kerinduan
Si adik ini ingin teman
Boneka ini punya kesayuan

Hari-hari datang
Hari kembang di kebun binatang
Hari bersenang
Pecah dalam balonan

Kembang, boneka dan kehidupan
Kembang dan kerinduan
Si adik ini ingin teman
Boneka ini punya kesayuan

Terbakar lumat-lumat
Menggapai juga lidah ingin
Api di pediangan

Terkapar sonder surat
Mati juga malam dingin
Lahirnya hari keisengan

Mari, cabikkan malam Amoy
Jika terlalu – ingin malam ini
Besok ada mentari sonder hati

Belum apa-apa hampa begini
Jauh dalam terowongan nadi
Berperang bumi dan sepi

Akankah kita bercinta dalam kealpaan semesta?
- Bukankah udara penuh hampa ingin harga? -
Mari, Dik, dekatkan hatimu pada api ini
Tapi jangan sampai terbakar sekali

Akankah kita utamakan percakapan begini?
- Bukankah bumi penuh suara inginkan isi? -
Mari, Dik, dekatkan bibirmu pada bisikan hati
Tapi jangan sampai megap napas bernyanyi

Bukankah dada hamparkan warna
Di pelaminan musim silih berganti
Padamu jua kelupaan dan janji

Akan kepermainan rahasia
Permainan cumbu-dendam silih berganti
Kemasygulan tangkap dan lari

Kutahu sudah, sebelum pergi dari sini
Aku Akan rindu balik pada semua ini
Sunyi yang kutakuti sekarang
Rona lereng gunung menguap
Pada cerita cemara berdesir
Sedu cinta penyair
Rindu pada elusan mimpi
Pencipta candi Prambanan
Mengalun kemari dari dataran….
Dan sekarang aku mengerti
Juga di sunyi gunung
Jauh dari ombak menggulung
Dalam hati manusia sendiri
Ombak lautan rindu
Semakin nyaring menderu….

Buat Rivai Apin

Sudah lama tidak ada puncak dan lembah
Masa lempang-diam menyerah
dan kau tahu di ujung kuburan menunggu kesepian

Aku belum juga rela berkemas
Manusia, mengapa malam bisa tiba-tiba menekan
dada?
Sedang rohnya masih mengembara di lorong-lorong

Keyakinan dulu manusia bisa
hidup dan dicintai habis-habisan
Belum tahu setinggi untung bila bisa menggali
kuburan sendiri

Rebutlah dunia sendiri
dan pisahkan segala yamg melekat lemah
Kita akan membubung ke langit menjadi bintang
jernih sonder debu

Detik kata jadikan abad-abad
Abad-abad kita hidupi dalam sekilas bintang
Sesudah itu malam, biarlah malam

Bila hidup menolak
Ia kita tinggalkan seperti anak
yang terpaksa puas dengan boneka
Mereka akan menari dan menyanyi terus
Tapi tak ada lagi kita
Sedang mereka rindu pada cinta garang
Mereka akan menari dan menyanyi terus
Tentang abad dan detik yang ‘lah terbenam
Bersama kita, tarian perawan janda …

kepada Chairil Anwar

manakah lebih sedih?
nenek terhuyung tersenyum
jelma sepi abadi
takkan bertukar rupa

atau petualang muda sendiri?
gapaian rindu tersia-sia
tak sanggup hidup rukun
antara anak minta ditayang

sekali akan tiba juga
takkan ada gerbang membuka
hanya jalan merentang
sungguh sayang cinta sia-sia

manakah lebih sedih?
nenek terhuyung tersenyum
atau petualang mati muda
mengumur duka telah dinujum

Kembali kita berhadapan
Dalam relung sepi ini
Dari seberang lembah mati
Bibirmu berkata lagi
Napasmu mengelus jiwaku
Tersingkap kabut dataran
Dan kutahu di tepi selatan
Laut 'manggil aku berlayar dari sini

Tunggulah, aku akan datang
Biar kelam datang kembali
Dengan angin malam aku bertolak
Ke negeri, kabut tidak mengabur pandang
Mati, berarti kita bersatu lagi
1948

Akan bicarakah Ia di malam sepi
Kala salju jatuh dan burung putih-putih
Sekali-sekali ingin menyerah hati
Dalam lindungan sembahyang bersih

Ah, Tuhan, tak bisa kita lagi bertemu
Dalam doa bersama kumpulan umat
Ini kubawa cinta di mata kekasih kelu
Tiada terpisah hidup dari kiamat

Menangis ia tersedu di hari Paskah
Ketika kami ziarah di Chartres di gereja
Doanya kuyu di warna kaca basah
Kristus telah disalib manusia habis kata

Ketika malam itu sebebelum ayam berkokok
Dan penduduk Chartres meninggalkan kermis
TErsedu ia dalam daunan malam rontok
Mengembara ingatan di hujan gerimis

Pada ibu, isteri, anak serta Isa
Hati tersibak antara zinah dan setia
Kasihku satu, Tuhannya satu
Hidup dan kiamat bersatu padu

Demikianlah kisah cinta kami
yang bermula di pekan kembang
Di pagi buta sekitar Notre Dame de Paris
Di musim bunga dan mata remang
Demikianlah kisah kisah hari Pasah
Ketika seluruh alam diburu resah
Oleh goda, zinah, cinta dan kota
Karena dia, aku dan siteri yang setia
Maka malam itu di ranjang penginapan
Terbawa kesucian nyanyi gereja kepercayaan
BErsatu kutuk nafsu dan rahmat Tuhan
Lamabaian cinta setia dan pelukan perempuan

.....Demikianlah
.....Cerita Pasah
.....Ketika tanah basah
.....Air mata resah
.....Dan bunga-bunga merekah
.....Di bumi Perancis
.....Di bumi manis
.....Ketika Kristus disalibkan
1953

Segala kedaraannya tersaji hijau muda
Melayang di lembaran surat musim bunga
Berita dari jauh
Sebelum kapal angkat sauh

Segala kemontokan menonjol di kata-kata
Menepis dalam kelakar sonder dusta
Harum anak dara
Mengimbau dari seberang benua

Mari, Dik, tak lama hidup ini
Semusim dan semusim lagi
Burung pun berpulangan

Mari, Dik, kekal bisa semua ini
Peluk goreskan di tempat ini
Sebelum kapal dirapatkan
1953
..........Kepada clochard*

Di udara dingin mengaum sejarah
Bening seperti es membatu di hati
Ada taman menari di siang hari
Yang luput dari tangkapan malam rebah

Di dasar sungai mengendap malam baru
Mengiang di telinga pekik pemburu
Antara senja dan malam
Merentang luka yang dalam

Inilah Paris, kota penyair
Gua segal;a yang terusir
Laut lupakan sesah
Dalam dekapan satu wajah

Terbawa dari segala mata angin
Berdiang pada cinta, terlalu ingin
Kelupaan sebuah kota
Di mana duka berwujud manusia
Dan bahagia pada manusia tak punya
1953
*clochard (bahasa Perancis): gelandangan

Share:

Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar

VIEWERS

368,625

Text Widget

Recent Posts

BTemplates.com