Minggu, 06 November 2016

PUISI UNTUK JAKARTA KARYA JULIAPW



UNTUK JAKARTA
Bom telah meledak (lagi)
Begitu keras nan membising
Meluluhlantakkan segalanya
Menghujam nurani tak berdosa
Kita tersakiti kembali
Di saat negara ini berpesta
Inikah corak anti perdamaian ?
Ataukah dilema arti perbedaan ?
Bukankah dunia milik bersama ?
Bukankah hidup mencari bahagia ?
Di saat tenang dan bergejolak
Walaupun sepercik api menyulut
Mereka yang terluka
Mereka yang tak tahu
Mereka yang jadi korban
Semuanya terdiam tak berkata
Teroris adalah musuh dunia
Merekalah ciri perpecahan
Diantara manusia picik
Yang tak punya hati putih
Entah apa mau mereka
Membuat puing-puing kerusakan
Melampiaskan amarah bengal
Atau hanya sebuah konspirasi
Kebenaran bukanlah sepihak
Kebencian tak perlu nafsu
Kehancuran bukanlah solusi
Kebaikan itu tak disembunyikan
Kitalah lambang merah putih
Menjunjung tinggi persatuan
Memberontak demi kemajuan
Bersiaga dalam penjajahan
Kawan, mari sisingkan lengan kita
Tuk berpacu menuju penantian
Bangsa yang tak kenal teror !
Bangsa yang menghargai rakyat !




Teroris, Apakah Kau Punya Ibu?
Denny JA

"Teroris, mengapa kau bunuh anakku?
Ia tak berurusan dengan kamu
Politik ia tak tahu
Ia bukan musuh kamu"

Menangis meraung Ibu Aminah
Ditatapnya lagi mayat berdarah
Semua air matanya tumpah
Anak satu satunya mati sudah

Bergantian Ibu Aminah dipeluk tetangga
Mereka menangis bersama
Di pundak mereka, Ibu Aminah terbata:
"Anakku bukan polisi
Anakku bukan politisi
Anakku bukan TNI
Mengapa anakku mereka bunuh?"

Melengking ibu Aminah sejadinya
Luka terlalu menganga
Langit ikut berduka
Bumi yang dipijaknya bernanah

Tetap ia terpana
Mengapa mereka mensasar anaknya?
Ia rakyat biasa
Muslimah pula

Mona, sang wartawati mengamati
Sedari tadi ia  terpaku di lokasi
Dikumpulkannya aneka informasi
Teror di Jakarta ingin ia pahami

"Wahai teroris, siapa tuanmu?
Apakah kau punya ibu?
Tidakkah kau cinta keluargamu?
Mengapa kau rela mati?
Dengan bom bunuh diri?

Peradaban apa yang ingin kalian tegakkan?
Mengapa menghalalkan kekerasan dan pembunuhan?
Kalian teriakkan nama Tuhan
Namun mengapa menjadi setan?

Apakah kau kira akan jumpa bidadari?
Di surga nan abadi?
Demi perjuangan kau rela mati?
Inikah ilusi yang meracuni?

Apakah ini yang kau kira?
Tuhan akan memberimu hadiah?
Nabi akan memberimu  berkah?
Pada agama kau akan dianggap berjasa?
Astaga, siapa yang memasukkan ular di kalian punya kepala?

Dibacanya data muthakir
Sejak 35 tahun terakhir
Dari tahun delapan puluh satu
Hingga tahun dua ribu lima belas
Terjadi 4506 bom bunuh diri
Dipentaskan di 40 negeri
Sudah 45 ribu nyawa yang mati

ISIS sudah manggung di Indonesia
Demikian berita dunia
Dari Paris hingga Jakarta
Mereka ingin bertahta
Gunakan slogan agama
Tapi menebarkan neraka

Merinding bulu kuduk Mona
Rasa takut keras menggoda
Haruskah laporan ini dipublikasikannya?
Akankah ia menjadi target berikutnya?
Aku takut, kata ulu hatinya
Aku takut, kata neuron di pikirannya
Aku takut, kata jeroan sukmanya

Dipandangnya lagi ibu Aminah
Yang terus memeluk mayat tak berdaya
Mona terkesima
Keharuan menguasainya
Ia teringat ibunya

Jiwanya terguncang
Batinnya berperang
Antara rasa haru dan  rasa takut
Antara keharusan berani dan rasa takut
Jika dibiarkannya rasa takut bertahta
Bukankah ia kalah sukarela?

Lonceng di hati Mona terus bergema
Jangan biarkan para ibu di dunia
mengalami nasib seperti ibu Aminah
Kesaksian harus diberikan
Keberanian harus dibangunkan

Mona tegakkan kepala
Kini matanya menyala
Ia sebar di social media
#JanganTakut Jakarta
#JanganTakut Indonesia
# JanganTakut Dunia
#Terorisme Musuh Bersama

Jangan kalah
dengan preman berkedok agama!





Share:

Related Posts:

0 komentar:

Posting Komentar

VIEWERS

368,584

Text Widget

Recent Posts

BTemplates.com