Menjelajah
Alam
Judul Cerpen Menjelajah Alam
Cerpen Karangan: Dian Dwi Novianti
Kategori: Cerpen Lingkungan, Cerpen Persahabatan
Lolos moderasi pada: 28 January 2016
Cerpen Karangan: Dian Dwi Novianti
Kategori: Cerpen Lingkungan, Cerpen Persahabatan
Lolos moderasi pada: 28 January 2016
Aku berlari menuju kelasku, dan menjumpai
sahabat-sahabatku yang sedang bercanda di taman sekolah. Namaku Azzahra biasa
dipanggil Rara, seorang siswi kelas X SMAN Tunas Bangsa. Aku mempunyai 3
sahabat, yang terdiri 2 laki-laki yaitu Difa dan Hadi, dan 1 perempuan yaitu
Tasya. Kami berempat selalu bermain bersama, ke mana-mana selalu bersama.
Kebersamaan dan kekeluargaan kami sangat erat. Aku dan ketiga sahabatku
mempunyai kesenangan yang sama yaitu pecinta alam. Kami selalu ingin tahu
tentang alam bebas yang begitu luas dan indah. Ketika libur sekolah tiba, kami
berencana untuk mendaki gunung ciremai.
“Eh bentar lagi kan liburan, gimana kalau kita
berpetualang lagi?” Ucap Difa. “Ayo siapa takut, ke mana nih?” Jawab Hadi
dengan bersemangat. “kalau ciremai gimana? Setuju gak?” Tanyaku. “Setuju!”
Jawab Tasya. Difa, dan Hadi bersamaan. Setelah lama berbincang aku pun pulang
ke rumah. Aku mencari informasi tentang keadaan Ciremai saat ini, agar ketika
mendaki dan berpetualang ke sana aku dan teman-temanku selamat. Waktu telah
larut malam, aku pun merasa ngantuk dan tidur.
Keesokkan paginya aku memberitahu pada
teman-temanku, bahwa saat ini Ciremai sedang dalam keadaan baik, perkiraan
cuaca pun sangat bagus. Kami pun memutuskan untuk mendaki ke sana. Kami akan
mendaki minggu depan, sementara sekarang kami harus mempersiapkannya. Aku
mempersiapkan semuanya dari mulai fisik, mental sampai semua peralatan yang
akan kami bawa. Tak terasa 1 minggu berlalu, hari ini aku dan sahabat-sahabatku
akan pergi mendaki gunung. Kami sudah berkumpul membawa barang masing-masing.
Sesampainya di kaki gunung kami langsung pergi mendaki. Saat di perjalanan kami
harus berhati-hati, karena ini alam bebas. Kami harus menjaga sikap dan
pembicaraan. Waktu sudah semakin sore, dan sebentar lagi malam tiba.
“Sebentar lagi kan gelap mending kita bikin tenda
aja di sini, sekalian istirahat.” Ucapku.
“Iya ide bagus tuh,” Jawab Tasya.
“Ya udah yuk kita diriin tendanya.” Ajak Difa.
“Iya ide bagus tuh,” Jawab Tasya.
“Ya udah yuk kita diriin tendanya.” Ajak Difa.
Akhirnya kami pun mendirikan tenda di sini dan
beristirahat. Malam ini suasananya sangat sunyi. Tetapi kami membuat semuanya
menjadi ramai. Kami berempat menyanyikan sebuah lagu. Dan bercerita tentang
hal-hal lucu. Setelah lama kantukku pun datang, aku dan Tasya masuk ke tenda
untuk tidur. Sedangkan Difa dan Hadi tetap duduk di situ, sampai rasa lelahnya
datang. Saat pagi hari kami makan dan berkemas, untuk melanjutkan perjalanan
selanjutnya. Selesai makan dan berkemas kami pun mulai mendaki lagi. Perjalanan
kami untuk mencapai puncak hanya sebentar lagi. Rasa penasaran selalu
mengahantuiku, aku tak sabar ingin cepat sampai ke puncak. Mendaki gunung
bukanlah hal yang mudah, ini adalah sebuah tantangan berat. Tiba-tiba terdengar
suara teriakan.
“Ra.. tolongin aku..” teriak Tasya. Seketika aku,
Difa dan Hadi pun membalikkan badan dan mencari asal suara Tasya itu. “Tasya
kamu di mana?” Teriakku yang sedang mencari Tasya.
“Aku di sini, di bawah pohon.. tolongin aku mau masuk ke jurang,” ucap Tasya dengan menangis.
“Ya Allah Tasya.. tunggu-tunggu!” Jawabku panik.
“Aku di sini, di bawah pohon.. tolongin aku mau masuk ke jurang,” ucap Tasya dengan menangis.
“Ya Allah Tasya.. tunggu-tunggu!” Jawabku panik.
Aku, Difa, dan Hadi pun segera mencari cara untuk
menolong Tasya. Aku mengambil sebuah tambang dari tasku dan memberikannya ke
Hadi. Hadi mengulurkan tambang itu ke Tasya. Tangan Tasya memegang erat tambang
itu. Aku, Difa, dan Hadi pun berusaha menarik tambang itu. Setelah Tasya
terangkat setengah badan, tiba-tiba tambang itu putus. Lantas itu membuat kami
semua terkejut. Untungnya Tasya mempertahankan dirinya dengan memegang akar
pohon. Difa pun langsung mengulurkan tangannya ke Tasya. Tangan Tasya meraih
tangan Difa. Dengan sekuat tenaga Difa menarik Tasya. Akhirnya Tasya pun dapat
diselamatkan.
“Alhamdulillah..” Ucap aku, Difa dan Hadi. “Udah
mending kamu tenangin diri dulu.” Ucap Hadi.
“Lagian kok bisa sih kamu jatuh gitu?” Tanya Difa.
“Jadi gini tadi tuh ada bunga edelweis, aku pengen ngambil itu bunga. Tiba-tiba aku kepeleset terus jatuh ke jurang.” Jawab Tasya menjelaskan semuanya.
“Oh.. pantesan. Sya lain kali jangan metik bunga sembarangan, ini kan alam bebas kita harus bisa jaga sikap. Untung aja kamu gak kenapa-kenapa loh” Tegurku.
“Iya maaf, aku lupa tentang peraturan itu.” Ucap Tasya. “Ya sudah,” Jawabku.
“Lagian kok bisa sih kamu jatuh gitu?” Tanya Difa.
“Jadi gini tadi tuh ada bunga edelweis, aku pengen ngambil itu bunga. Tiba-tiba aku kepeleset terus jatuh ke jurang.” Jawab Tasya menjelaskan semuanya.
“Oh.. pantesan. Sya lain kali jangan metik bunga sembarangan, ini kan alam bebas kita harus bisa jaga sikap. Untung aja kamu gak kenapa-kenapa loh” Tegurku.
“Iya maaf, aku lupa tentang peraturan itu.” Ucap Tasya. “Ya sudah,” Jawabku.
Kami pun melanjutkan perjalanannya. Udara sudah
semakin dingin. Aku mulai menggigil, aku memang tidak kuat dengan udara dingin.
Bibirku memucat, hidungku teras begitu sakit. Aku benar-benar kedinginan. Difa
pun mengeluarkan selimut dari tasnya. Tasya, Difa, dan Hadi mulai memelukku
untuk menghangatkanku.
“Ra, kamu gak apa-apa kan? Kamu masih kuat?” Tanya Difa.
“Gak apa-apa kok aku masih kuat, lagian aku udah gak terlalu kedinginan kok,” Jawabku.
“Kamu yakin Ra?” Tanya Tasya, yang begitu cemas.
“Yakin, ayo kita lanjut lagi,” Jawabku dengan penuh semangat.
“Ra, kamu gak apa-apa kan? Kamu masih kuat?” Tanya Difa.
“Gak apa-apa kok aku masih kuat, lagian aku udah gak terlalu kedinginan kok,” Jawabku.
“Kamu yakin Ra?” Tanya Tasya, yang begitu cemas.
“Yakin, ayo kita lanjut lagi,” Jawabku dengan penuh semangat.
Sekitar 30 menit aku kedinginan. Sekarang aku bisa
melanjutkan perjalanan ini kembali. Tak lama kemudian kami sampai di puncak
gunung Ciremai. Rasa lelah kami tertutupi oleh pemandangan yang begitu indah.
Rasa penasaranku hilang, kini yang aku rasakan yaitu benar-benar gembira dan
terkagum oleh semua pemandangan ini. Kami bersyukur dapat mendaki gunung hingga
puncaknya. Ini adalah liburan terbaik dalam hidupku.
0 komentar:
Posting Komentar