BANJIR
Hujan turun dengan deras. Kadang-kadang guruh menggelagar didahului kilat yang menerangi langit sekejap. Jalan di depan rumah penuh dengan penuh dengan air. Di dalam rumah, air masuk hingga ketinggian lima sentimeter. Ibu sibuk memindahkan barang-barang yang mungkin akan basah.
Ketika air baru mulai masuk Adit dan Andre sibuk membantu menyeroki air. Sekarang tampaknya tak ada gunanya menyeroki air karena jalan di depan rumah juga sudah penuh air.
“Sudahlah, berhenti saja dulu. Nanti klo air sudah surut kita mulai bekerja lagi!” kata Ayah.
Ibu, Ayah, Adit, dan Andre duduk di kursi tamu dengan kaki dinaikkan.
“Payah, banjirnya parah amat sih!” gerutu Andre.
“Ah, sebentar lagi juga surut. Kalau sudah mengantuk, tidurlah!” kata Ayah.
“Mana bisa tidur? Dasar, Hujan kurang ajar!” Andre mengomel.
“Eh, jangan mengomel. Mestinya kan bersyukur ada hujan, ya, Bu!” kata Adit. “Udara jadi sejuk!”
“Untuk apa bersyukur. Orang repot kok karena kebanjiran. Nanti kalau hujan berhenti kan harus kerja keras!” Andre membela diri.
“Selamat malam....” Terdengar suara dari luar. Sesosok tubuh yang dibalut jas hujan cokelat, memakai sepatu boot, menuju ambang pintu.
“Selamat malam. Oh ... Pak RT. Mari masuk, Pak!” sambut Ayah.
“Silahkan duduk, Pak RT!” kata Ibu.
“Terima kasih. Sebentar saja, kok. Gini Pak, kan RT kita terkena banjir, nih. Untuk mengatasi seperti ini lagi, besok warga warga RT kita akan mengadakan kerja bakti, untuk membersihkan sungai kita yang saat ini sedang tercemar. Agar bencana banjir seperti ini tidak terjadi lagi!” kata Pak RT.
“Oh, begitu Pak. Klo begitu saya setuju dengan pendapat Bapak!” kata Ayah.
“Baiklah. Nah, Bapak mau pergi dulu. Mau keliling memberitahu yang lain!” kata Pak RT.
“Mari, Pak. Selamat malam. Terima kasih!” kata Ayah dan Ibu.
Keesokan harinya, Ibu dan kedua anak itu sibuk bekerja membersihkan rumah yang sehabis terkena banjir. Srok, srok, srok terdengar suara air ynang diserokkan keluar rumah. Ayah, Pak RT, dan para warga membersihkan sungai yang tercemar dan tersumbat tersebut.
Hujan turun dengan deras. Kadang-kadang guruh menggelagar didahului kilat yang menerangi langit sekejap. Jalan di depan rumah penuh dengan penuh dengan air. Di dalam rumah, air masuk hingga ketinggian lima sentimeter. Ibu sibuk memindahkan barang-barang yang mungkin akan basah.
Ketika air baru mulai masuk Adit dan Andre sibuk membantu menyeroki air. Sekarang tampaknya tak ada gunanya menyeroki air karena jalan di depan rumah juga sudah penuh air.
“Sudahlah, berhenti saja dulu. Nanti klo air sudah surut kita mulai bekerja lagi!” kata Ayah.
Ibu, Ayah, Adit, dan Andre duduk di kursi tamu dengan kaki dinaikkan.
“Payah, banjirnya parah amat sih!” gerutu Andre.
“Ah, sebentar lagi juga surut. Kalau sudah mengantuk, tidurlah!” kata Ayah.
“Mana bisa tidur? Dasar, Hujan kurang ajar!” Andre mengomel.
“Eh, jangan mengomel. Mestinya kan bersyukur ada hujan, ya, Bu!” kata Adit. “Udara jadi sejuk!”
“Untuk apa bersyukur. Orang repot kok karena kebanjiran. Nanti kalau hujan berhenti kan harus kerja keras!” Andre membela diri.
“Selamat malam....” Terdengar suara dari luar. Sesosok tubuh yang dibalut jas hujan cokelat, memakai sepatu boot, menuju ambang pintu.
“Selamat malam. Oh ... Pak RT. Mari masuk, Pak!” sambut Ayah.
“Silahkan duduk, Pak RT!” kata Ibu.
“Terima kasih. Sebentar saja, kok. Gini Pak, kan RT kita terkena banjir, nih. Untuk mengatasi seperti ini lagi, besok warga warga RT kita akan mengadakan kerja bakti, untuk membersihkan sungai kita yang saat ini sedang tercemar. Agar bencana banjir seperti ini tidak terjadi lagi!” kata Pak RT.
“Oh, begitu Pak. Klo begitu saya setuju dengan pendapat Bapak!” kata Ayah.
“Baiklah. Nah, Bapak mau pergi dulu. Mau keliling memberitahu yang lain!” kata Pak RT.
“Mari, Pak. Selamat malam. Terima kasih!” kata Ayah dan Ibu.
Keesokan harinya, Ibu dan kedua anak itu sibuk bekerja membersihkan rumah yang sehabis terkena banjir. Srok, srok, srok terdengar suara air ynang diserokkan keluar rumah. Ayah, Pak RT, dan para warga membersihkan sungai yang tercemar dan tersumbat tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar