Ayah, Aku
Rindu Sosok’mu
Judul Cerpen Ayah, Aku Rindu Sosok’mu
Cerpen Karangan: Sandi Kurnia Diamensah
Kategori: Cerpen Kehidupan, Cerpen Sedih
Lolos moderasi pada: 12 September 2012
Cerpen Karangan: Sandi Kurnia Diamensah
Kategori: Cerpen Kehidupan, Cerpen Sedih
Lolos moderasi pada: 12 September 2012
Pagi itu sang mentari mulai menampakkan mukanya
,dan di dalam balutan selimut yang hangat aku mendengar suara seorang laki-laki
yang dengan lantang membangunkan ku,ya,,,dia ayahku,dia adalah sosok seorang
laki-laki yang memiliki jiwa pemimpin yang pernah aku temukan, meskipun
tampangnya galak tapi dia sangat baik pada semua orang,bahkan hampir setiap dia
sebelum pergi kerja kami selalu bermain dan bercanda bersama dan hebatnya lagi
ketika ibuku sakit,dialah yang melakukan semua pekerjaan rumah tangga,hebat
bukan.
Tapi sekarang semuanya sudah berbeda,keadaan tidak
seperti dulu lagi,waktu aku kelas dua SD keluarga kami mengalami problema yang
mengakibatkan keluarga kami runtuh,ayah dan ibuku berpisah.dan akupun harus
memilih ikut salah satu dari mereka, akupun memilh ikut dengan ibu dan kami
memutuskan untuk pindah ke kampung halaman kami di pariaman,di sini aku memulai
kehidupan baru dengan ibu tanpa ada sosok seorang ayah yang sangat aku
sayang.dan pada saat itu ibupun harus menjadi tulang punggung keluaga dan dia
memutuskan untuk mencari kerja,dan lamarannyapun di terima di salah satu
perusahaan swasta di padang,semenjak hari itu aku semkin merasa kurangnya kasih
sayang yang aku dapatkan karna ibu jarang di rumah, dia selalu pergi pagi dan
pulang malam,sehingga pada saat itu hari minggu adalah hari yang paling
berharga untukku.tapi syukur keadaan itu tidak bertahan lama setelah
menceritakan apa yang aku rasakan semenjak ibu kerja jauh dan ibupun memutuskan
untuk berhenti dari pekerjaannya dan memilih membuka warung di rumah.
Waktupun terus berlalu dan kini usiaku sudah
menginjak bangku SMA,dan di sinilah aku mulai mencari tahu dimana keberadaan
ayah sekang,”Bu,,aku rindu ayah,apa ibu tahu dimana ayah sekarang”,,?.tanyaku
kepada ibu.”mungkin di padang tempat nenekmu”jawab ibu dengan suara serak dan
kepala terunduk,dan akupun terus bertanya dan akhirnya ibupun memberikan alamat
rumah nenek kepadaku,aku lega dan aku memutuskan untuk mencari ayah kesana tapi
aku belum memiliki keberanian untuk itu.”,,,sebaiknya aku menunggu waktu yang
tepat dulu”.
Beberapa bulanpun berlalu setelah hari itu dan aku
memutuskan untuk mencarinya,karna munkin inilah waktu yang tepat dimana
seiringnya dengan bulan Ramadan,dengan membaca bismilah ku langkahkan kakiku
menuju tempat yang aku cari dan berharap aku bias menemukan dimana ayang
tinggal,tapi pencarianku halang karna luasnya kota pada dan sempitnya
pengetahuanku tentang alamat yang aku tuju,namun keputus asaan tak pernah
mengiringiku dan akupun terus bertanya dan bertanya lagi dimana alamat ini
sebenarnya terletak,syukur Alhamdulillah aku menemukan alatnya.
Dari kejauhan aku melihat rumah nenek,rasa bahagian
dan cemas datang mengawaniku,setiba di depan rumahnya mata ini mulai
berkaca-kaca dan aku meliahat sesosok nenek tua yang sedang duduk di ruang
keluarga,dia datang menghampiriku,tanpa percakapan panjang aku lansung
merangkulnya,”ini cucumu nek,,,”ucapku sambil diiringi deraian air mata yang
tak kuasa ku tahan,”akhirnya kamu datang juga nak,sudah lama kami menunggu
kehadiranmu”ucap nenek sambil meraba wajahku,tapi aku belum melihat sosok
ayah,dimana dia,,,,?.dan aku mempertanyakan itu kepada nenek,”dia ada di
dalam”ujar nenek sambil senyum,dan tak lama kemudian ayah keluar dari dalam
rumah,sambil memetik sebatang rokok dan wajah yang menggerunyam dia bertanya
kepada nenek,”ada apa ini bu dan siapa dia,,,?”.dan ternyata dia sudah lupa
padaku,nenekpun menjawab”dia anakmu,anak yang kau tinggalkan dulu”,,,”tidak
mungkin,anakku masih kecil,dia bukan ankku”jawab ayah sambil kebingungan,mata
ini semakin tak kuasa menahan derasnya air mata yang ingin mengalir begitu
deras dari perkataan yang ia ucapkan,meskipun begitu aku mencoba menerima dan
mengerti,aku berusah membuka tabir lama cerita kami dahulu sewaktu aku masih
kecil,aku menjelaskan rinci demi rinci kepadanya,dan dalam keheningannya dalam
mendengar penjelasanku,aku melihat rona wajahnya yang mulai mengeluarkan
tetesan kaca lunak dan mulai mengalir di pipinya,ya,,,dia sudah mengakuiku
sebagai anaknya,anaknya yang dulu,meskipun aku tahu masih rersimpan keraguan di
balik bola matanya.
Malam itu kami cerita banyak,dan di tengah
perbincangan kami ayah menanyakn kabar ibu,”bagaimana kabar ibumu,,,?apakah dia
baik-baik saja”,,,tanyanya dengan suara menderu lemah,aku bahigia dia masih
memepertanyakan itu,dan aku menjawab semua prtanyaannya tentang ibu.dan pada
malam itu rasa bahagia kembali ku rasa dari ucapannya ketika aku hendak berpamitan
pulang”hati-hati di jalan ya NAK”,dia memanggilku dengan sebutan anak,dan itu
menjadi kata penutup yang aku terima malam itu,,,,,
Dan di akhir ramdhan kami merayakan lebaran
bersama,dengan penuh haru,dengan penuh kebahagian dan dengan penuh cinta.
0 komentar:
Posting Komentar