PUISI tambahan,
atau selain arti semantiknya.
Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja
pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun
perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan
dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai
perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain
itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain ke
dalam keadaan hatinya.
Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan
lain-lain). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk
menunjukkan pemikirannnya. Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu
kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut
mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu
memiliki alasan untuk segala ‘keanehan’ yang diciptakannya. Tak ada yang
membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa
perbedaan antara puisi lama dan puisi baru
Namun beberapa kasus mengenai puisi modern atau puisi cyber belakangan ini
makin memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi itu sendiri yaitu
‘pemadatan kata’. Kebanyakan penyair aktif sekarang baik pemula ataupun bukan
lebih mementingkan gaya bahasa dan bukan pada pokok puisi tersebut.
Di dalam puisi juga biasa disisipkan majas yang membuat puisi itu
semakin indah. Majas tersebut juga ada bemacam, salah satunya
adalah sarkasme yaitu sindiran langsung dengan kasar.
Di beberapa daerah di Indonesia puisi juga sering dinyanyikan
dalam bentuk pantun. Mereka enggan atau tak mau untuk melihat kaidah awal
puisi tersebut.
Hal-hal membaca puisi
Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam membaca puisi sebagai berikut:
§ Ketepatan ekspresi/mimik
Ekpresi adalah pernyataan perasaan hasil penjiwaan puisi. Mimik adalah
gerak air muka.
§ Kinesik yaitu gerak anggota tubuh.
§ Kejelasan artikulasi
Artikulasi yaitu ketepatan dalam melafalkan kata- kata.
§ Timbre yaitu warna bunyi suara
(bawaan) yang dimilikinya.
§ Dinamik artinya keras lembut,
tinggi rendahnya suara.
§ Intonasi atau lagu suara
Dalam sebuah puisi, ada tiga jenis intonasi antara lain sebagai
berikut :
1.
Tekanan dinamik yaitu tekanan pada kata- kata yang dianggap penting.
2.
Tekanan nada yaitu tekanan tinggi rendahnya suara. Misalnya suara tinggi
menggambarkan keriangan, marah, takjud, dan sebagainya. Suara rendah
mengungkapkan kesedihan, pasrah, ragu, putus asa dan sebagainya.
3.
Tekanan tempo yaitu cepat lambat pengucapan suku kata atau kata.
Unsur-unsur puisi
Unsur-unsur puisi meliputi struktur
fisik dan struktur batin puisi
Struktur fisik puisi
Struktur fisik puisi terdiri dari:
§ Perwajahan puisi (tipografi),
yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi
kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat
menentukan pemaknaan terhadap puisi.
§ Diksi, yaitu pemilihan kata-kata
yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya
sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya
harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya
dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
§ Imaji, yaitu kata atau susunan
kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan,
pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara
(auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji
taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan
merasakan seperti apa yang dialami penyair.
§ Kata konkret, yaitu kata yang
dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini
berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya kata kongkret “salju:
melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan kata kongkret
“rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan,
dll.
§ Gaya bahasa, yaitu penggunaan
bahasa yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi
tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya
memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Gaya bahasa disebut juga majas.
Adapaun macam-amcam majas antara
lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks,antiklimaks, satire, pars
pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
§ Rima/Irama adalah persamaan
bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup:
1.
Onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek
magis pada puisi Sutadji C.B.),
2.
Bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan
awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan
sebagainya
3.
Pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek,
keras lemahnya bunyi. Rima sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
Struktur batin puisi
Struktur batin puisi terdiri dari
§ Tema/makna (sense); media
puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka
puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna
keseluruhan.
§ Rasa (feeling), yaitu sikap
penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan
tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi
penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas
sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis,
dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi
suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima,
gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada
wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar
belakang sosiologis dan psikologisnya.
§ Nada (tone), yaitu
sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa.
Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama
dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada
pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
§ Amanat/tujuan/maksud (itention);
yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca
Jenis-jenis puisi
Menurut zamannya, puisi dibedakan atas
puisi lama dan puisi baru
Puisi lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu
antara lain :
§ Jumlah kata dalam 1 baris
§ Jumlah baris dalam 1 bait
§ Persajakan (rima)
§ Banyak suku kata tiap baris
§ Irama
Ciri puisi lama:
§ Merupakan puisi rakyat yang tak
dikenal nama pengarangnya.
§ Disampaikan lewat mulut ke mulut,
jadi merupakan sastra lisan.
§ Sangat terikat oleh aturan-aturan
seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
Jenis-jenis puisi lama
§ Mantra adalah ucapan-ucapan
yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
Contoh:
Assalammu’alaikum
putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
§ Pantun adalah puisi yang
bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12
suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian
pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat,
teka-teki, jenaka.
Contoh:
Kalau ada
jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukkan ke dalam hati
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukkan ke dalam hati
§ Karmina adalah pantun kilat seperti
pantun tetapi pendek.
Contoh:
Dahulu parang
sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
§ Seloka adalah pantun berkait.
Contoh:
Lurus jalan
ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
§ Gurindam adalah puisi yang
berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
Contoh:
Kurang pikir
kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barangsiapa
tinggalkan sembahyang (b)
Bagai rumah tiada bertiang (b)
Bagai rumah tiada bertiang (b)
Jika suami
tiada berhati lurus (c)
Istri pun kelak menjadi kurus (c)
Istri pun kelak menjadi kurus (c)
§ Syair adalah puisi yang
bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a,
berisi nasihat atau cerita.
Contoh:
Pada zaman
dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
§ Talibun adalah pantun genap
yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
Contoh:
Kalau anak
pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
Puisi baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah
baris, suku kata, maupun rima.
Ciri-ciri Puisi Baru:
§ Bentuknya rapi, simetris;
§ Mempunyai persajakan akhir (yang
teratur);
§ Banyak mempergunakan pola sajak
pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
§ Sebagian besar puisi empat
seuntai;
§ Tiap-tiap barisnya atas sebuah
gatra (kesatuan sintaksis)
§ Tiap gatranya terdiri atas dua
kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.
Jenis-jenis puisi baru Menurut isinya, puisi dibedakan atas :
§ Balada adalah puisi berisi
kisah/cerita. Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan
8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima
berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan
sebagai refren dalam bait-bait berikutnya. Contoh: Puisi karya Sapardi Djoko
Damono yang berjudul “Balada Matinya Seorang Pemberontak”.
§ Himne adalah puisi pujaan
untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Ciri-cirinya adalah lagu
pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air,
atau almamater (Pemandu di Dunia Sastra). Sekarang ini, pengertian
himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan,
berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan)
yang bernapaskan ketuhanan.
Contoh:
Bahkan
batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
bawah sayatan
khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan kaki
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan kaki
dari mahkota
duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
dunia
kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.
(Saini S.K)
§ Ode adalah puisi sanjungan
untuk orang yang berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat),
bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap
pribadi tertentu atau peristiwa umum.
Contoh:
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi
sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantun keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Menciptakan kemegahan baru
Pantun keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman
dalam dunia
(Asmara Hadi)
§ Epigram adalah puisi yang
berisi tuntunan/ajaran hidup. Epigram berasal dari Bahasa Yunani epigramma yang
berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk
dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.
Contoh:
Hari ini tak
ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang
bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
(Iqbal)
§ Romansa adalah puisi yang
berisi luapan perasaan cinta kasih. Berasal dari bahasa Perancis Romantique yang
berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih
mesra
§ Elegi adalah puisi yang
berisi ratap tangis/kesedihan. Berisi sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa
duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena
kematian/kepergian seseorang.
Contoh:
Senja di
Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus
diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini
tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai
keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
(Chairil
Anwar)
§ Satire adalah puisi yang
berisi sindiran/kritik. Berasal dari bahasa Latin Satura yang
berarti sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu
golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim etc)
Contoh:
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara
ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
(WS Rendra)
Sedangkan macam-macam puisi baru dilihat dari bentuknya antara lain:
§ Distikon, adalah puisi yang tiap
baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai).
Contoh:
Berkali kita
gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali
kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)
§ Terzina, puisi yang tiap baitnya
terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).
Contoh:
Dalam ribaan
bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bah’gia
cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
(Sanusi Pane)
§ Kuatrain, puisi yang tiap baitnya
terdiri atas empat baris (puisi empat seuntai).
Contoh :
Mendatang-datang
jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang
rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng
Myala)
§ Kuint, adalah puisi yang tiap
baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).
Hanya Kepada
Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu
kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu
kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
§ Sektet, adalah puisi yang tiap
baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai).
Contoh:
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernapas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernapas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
§ Septime, adalah puisi yang tiap
baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai).
Contoh:
Indonesia
Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(Mohammad
Yamin)
§ Oktaf/Stanza, adalah puisi yang
tiap baitnya terdiri atas delapan baris (double kutrain atau puisi delapan
seuntai).
Contoh:
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)
§ Soneta, adalah puisi yang terdiri
atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing
empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris. Soneta berasal dari
kata sonneto (Bahasa Italia) perubahan dari kata sono yang
berarti suara. Jadi soneta adalah puisi yang bersuara. Di Indonesia, soneta
masuk dari negeri Belanda diperkenalkan oleh Muhammad
Yamin dan Roestam Effendi, karena itulah mereka berdualah yang
dianggap sebagai ”Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk soneta Indonesia
tidak lagi tunduk pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris, tetapi lebih
mempunyai kebebasan dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah
jumlah barisnya (empat belas baris).
Contoh:
Gembala
Perasaan
siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak
berelagu dendang ( b )
Seorang saja
di tengah padang ( b )
Tiada berbaju
buka kepala ( a )
Beginilah
nasib anak gembala ( a )
Berteduh di
bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi
meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke
rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit
sesayup sampai ( a )
Terdengar
olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan
alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala
di segara hijau ( c )
Mendengarkan
puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku
menurutkan dikau ( c )
(Muhammad
Yamin)
Puisi kontemporer
Kata kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai
dengan perkembangan zaman atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan
zaman. Selain itu, puisi kontemporer dapat diartikan sebagai puisi yang lahir
dalam kurun waktu terakhir. Puisi kontemporer berusaha lari dari ikatan
konvensional puisi itu sendiri. Puisi kontemporer seringkali memakai kata-kata
yang kurang memperhatikan santun bahasa, memakai kata-kata makin kasar, ejekan,
dan lain-lain. Pemakaian kata-kata simbolik atau lambang intuisi, gaya bahasa,
irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu penting lagi.
Tokoh-tokoh puisi kontemporer di Indonesia saat ini, yaitu sebagai berikut:
§ Sutardji Calzoum
Bachri dengan tiga kumpulan puisinya O, Amuk,
dan O Amuk Kapak
§ Ibrahim Sattah dengan
kumpulan puisinya Hai Ti
§ Hamid Jabbar dengan kumpulan
puisinya Wajah Kita
Puisi kontemporer dibedakan menjadi 3 yaitu
§ Puisi mantra adalah puisi
yang mengambil sifat-sifat mantra. Sutardji Calzoum Bachri adalah
orang yang pertama memperkenalkan puisi mantra dalam puisi kontemporer.
Ciri-ciri mantra adalah:
1.
Mantra bukanlah sesuatu yang dihadirkan untuk dipahami melainkan sesuatu
yang disajikan untuk menimbulkan akibat tertentu
2.
Mantra berfungsi sebagai penghubung manusia dengan dunia misteri
3.
Mantra mengutamakan efek atau akibat berupa kemanjuran dan kemanjuran itu
terletak pada perintah.
Contoh:
Shang Hai
ping di atas
pong
pong di atas
ping
ping ping
bilang pong
pong pong
bilang ping
mau pong?
bilang ping
mau mau
bilang pong
mau ping?
bilang pong
mau mau
bilang ping
ya pong ya
ping
ya ping ya
pong
tak ya pong
tak ya ping
ya tak ping
ya tak pong
sembilu
jarakMu merancap nyaring
(Sutardji
Calzoum Bachri dalam O Amuk Kapak, 1981)
§ Puisi mbeling adalah bentuk
puisi yang tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang dimaksud ialah ketentuan-ketentuan
yang umum berlaku dalam puisi. Puisi ini muncul pertama kali dalam
majalah Aktuil yang menyediakan lembar khusus untuk menampung
sajak, dan oleh pengasuhnya yaitu Remy Silado, lembar tersebut diberi nama
“Puisi Mbeling”. Kata-kata dalam puisi mbeling tidak perlu dipilih-pilih lagi.
Dasar puisi mbeling adalah main-main. Ciri-ciri puisi mbeling adalah:
1.
Mengutamakan unsur kelakar; pengarang memanfaatkan semua unsur puisi berupa
bunyi, rima, irama, pilihan kata dan tipografi untuk mencapai efek kelakar
tanpa ada maksud lain yang disembunyikan (tersirat).
Contoh:
Sajak Sikat
Gigi
Seseorang
lupa menggosok giginya sebelum tidur
Di dalam
tidur ia bermimpi
Ada sikat
gigi menggosok-gosok mulutnya supaya terbuka
Ketika ia
bangun pagi hari
Sikat giginya
tinggal sepotong
Sepotong yang
hilang itu agaknya
Tersesat di
dalam mimpinya dan tak bisa kembali
Dan ia
berpendapat bahwa, kejadian itu terlalu berlebih-lebihan
(Yudhistira
Ardi Nugraha dalam Sajak Sikat Gigi, 1974)
1.
Menyampaikan kritik sosial terutama terhadap sistem perekonomian dan
pemerintahan.
2.
Menyampaikan ejekan kepada para penyair yang bersikap sungguh-sungguh
terhadap puisi. Dalam hal ini, Taufik Ismail menyebut puisi mbeling
dengan puisi yang mengkritik puisi.
§ Puisi konkret adalah puisi
yang disusun dengan mengutamakan bentuk grafis berupa tata wajah hingga
menyerupai gambar tertentu. Puisi seperti ini tidak sepenuhnya menggunakan
bahasa sebagai media. Di dalam puisi konkret pada umumnya terdapat
lambang-lambang yang diwujudkan dengan benda dan/atau gambar-gambar sebagai
ungkapan ekspresi penyairnya.
Contoh:
Doktorandus
Tikus I
selusin toga
me
nga
nga
seratus tikus
berkampus
diatasnya
dosen dijerat
profesor
diracun
kucing
kawin
dan bunting
dengan
predikat
sangat
memuaskan
(F.Rahardi dalam Soempah
WTS, 1983)
Penyusunan puisi kontemporer sebagai puisi inkonvensional ternyata juga
perlu memerhatikan beberapa unsur sebagai berikut:
§ Unsur bunyi; meliputi penempatan
persamaan bunyi (rima) pada tempat-tempat tertentu untuk menghidupkan kesan
dipadu dengan repetisi atau pengulangan-pengulangannya.
§ Tipografi; meliputi penyusunan
baris-baris puisi berisi kata atau suku kata yang disusun sesuai dengan gambar
(pola) tertentu.
§ Enjambemen; meliputi pemenggalan
atau perpindahan baris puisi untuk menuju baris berikutnya.
§ Kelakar (parodi); meliputi
penambahan unsur hiburan ringan sebagai pelengkap penyajian puisi yang pekat
dan penuh perenungan (kontemplatif)
0 komentar:
Posting Komentar