- KEMENANGAN
Kau angkat wajah menantang langit
Tersenyum sinis dalam kemenanganmu
Kemenangan semu yang tak abadi
Dunia bagai telah kau rengkuh
Semuanya, selamanya
Tapi kutahu
Kau angkuh dalam rapuhmu
Mencabik – cabik sendiri dalam sakit
Semakin kau tersenyum
Akan semakin sakit bagimu
Kau ingin berteriak
Memakiku
Mencakarku
Tapi kau tak mampu
Karena kekuasaan itu bukan di tanganmu
GundaH
Jika hatimu terasa gundah
Berbaringlah dalam kesunyianmu
Jika hatimu tak lekas cerah
Pejamkan matamu dan tidurlah
Bawa dirimu terbang dan melayang
Dalam indah dunia mimpi
Jika hatimu t’lah riang
Buka mata dan bangkitlah dari mimpimu
Karena ada orang-orang yang menantimu
CINTA CANTIK
ciptaan yang terindah untukku
senyum tipis di ujung bibir
mata sayu lembut merajuk
masa lalu kelam kau jalani
tapi kejujuran menumbuhkan cinta dihatiku
kerinduan selalu kau datangkan dihariku
cintamu memilih sisi lain dihidupku
dirimu….
langkah pertama ku tahu bercinta
langkah kedua ku di jalan cinta
memulai awal lagi untuk yang terakhir
semua untukmu
Mencari Cahaya
Gelisah menjelma dibilik-bilik jiwa
Mengurung ribuan kisah
Sampai nyaris sesak tak bisa bernapas
rentang waktu yang berlarian
Masih saja tak bisa ku ajak bicara
Tentang letih yang sering kali singgah
Membiarkanku mengeja setiap peristiwa
melapal satu demi satu sejarah diri
maka temukanlah aku dalam sunyi
Doaku tiba tiba
Ini hanyalah seuntai doa
Mengantarku menuju alam mimpi
Adalah sisipan kata untuk yang terasa
Nyata sejak pertama hingga tak ada akhirnya
“Ketika mentari tiba, kuharap masih ada
Asa yang tak berujung tentang dirimu
Sejak pertama kau berikan mata padaku
Impian tentang bayangmu
Hingga kini masih kuharap menjadi nyata”
Surat Reformis
kepada yang terhormat
di sana!
kepada perwakilan yang
memegang janji!
tiap detik berlalu bombastis
tak sanggup kami menggapaimu
melihat apalagi memakan bagianmu
tak disini juga disana
berdoa pun kami tak sanggup
tapi, kini
kau bagai dewa yang menunggu giliran
dilemparkan!
Kalaupun harus…
Kalau harus menjadi debu
aku akan menjadi debu bagimu
seperti juga awan yang tak pernah jemu menaklukkan matahari
andai saja angin tahu, bahwa badai jua tak kunjung turun dari tahta
menikam nurani mereka
mereka yang bersujud di bumi, meraung, dan berteriak kebenaran
Jika perahu tidak bisa berjalan.
Semoga bukan sebab layar sengaja diturunkan.
Melainkan akibat musim tanpa angin.
Dengan demikian…
ada kesempatan bagi hati dan lengan
untuk mengayuh dayung agar perahu sampai.
Kita dan Batu
Apakah hanya angkuh
Terukir di wajah kita berdua
Dan tampak kukuh
Di mana antara kita berada
Di depan mata
Namun tanpa senda
Gulana sedu
Bayanganku tak mau lepas juga dariku
Lelah aku diikuti olehnya
Aku ingin bebas
Bebas tanpa ada satupun yang mengikatku…
Aku ingin lari
Sendiri…
Merasakan heningnya kehampaan…
Di tengah kesedihanku.
Aarghh…nikmatnya…
Bagai meneguk segelas air ditengah kemarau
Bagai melihat pelangi setelah hujan
Bagai oase ditengah gurun pasir
Bahagia…
Ya…
Nyanyian Sumbang
dengarkan itu….
bila kau tak terdengar
coba buka lagi telingamu
Apakah sudah terdengar olehmu ???
Coba buka hatimu
Tengoklah sekeliling
Kau akan tahu
Kau akan mendengarnya
Rintihan anak – anak bangsa
Aku tahu
Suara kehidupanmu
dan suara kehidupan mereka
tak serirama
suara kehidupan mereka sumbang
berbeda dengan suara kehidupanmu
yang begitu harmonis
Jika Dia Cinta
jika dia sebuah cinta,
dia tak hanya mendengar,
melainkan senantiasa bergetar
jika dia sebuah cinta,
dia tak mungkin buta,
melainkan senantiasa melihat dan merasakan apa yang kita rasakan
jika dia sebuah cinta,
dia tak akan membuat kita sedih,
melainkan senantiasa akan membuat kita bahagia
Kampret….!!
semua mudah berkata cinta,
semua mudah berucap sayang,
namun apa arti cinta tanpa kenyataan
pengkhianatan kau berikan
t’lah tertanam dalam hatiku yang paling dasar,
sakit,
perih,
hingga ku membisu dan terdiam,
cukup sampai sini harapan itu tersimpan,
daun yang hijau kini telah menguning dan tak mungkin berseri kembali
Kampreeeeeett….!!!
Hanya Aku dan Kamu
kerinduan mengusik malam-malamku
berkawan asa yang terpendam
rasaku merasuk kalbu
ingatanku terus melayang,
berharap akan kehadiranmu
aku yang menunggumu
bertahan pada hati yang tak lagi tegar
di persimpangan hatiku
aku mau kamu kembali
menatapku tidak untuk terakhir kali
menemaniku bersama waktu
merajut kasih bersama, berdua
hanya aku dan kamu
Aku Bukan Burung,
Aku bukanlah seekor burung
Dengan kedua sayapku
Aku bisa langsung melesat ke angkasa luas
Tanpa aku merasa takut akan terjatuh
Aku bukanlah seekor burung
Yang bisa terbang melintasi dunia
Sejauh yang aku inginkan
Kemanapun aku pergi
Aku bukanlah seekor burung
Yang bebas bertengger dimana saja
Dan pergi kapan saja
Sesuka hatiku
Sesalku
tersesal…..
ku melihat tubuh lusuh di pembaringan
wanita yang begitu di muliakan
yang dulu begitu ceria dan tegar
kini terbaring tidak berdaya
begitu besar dosaku padamu
semakin terasa sesak di dada
Masa Biru
Ku memandang langit biru
biru kelabu seperti hatiku
teringat bayang masa lalu
tentang cerita yang biru
menisik derita yang tak berlalu
tinggalkan luka sendu
hanya hati ingin berseru
dari hati yang bertalu talu
lepaskan ingatanku
tentang cerita masa lalu
Karena Aku masih Cinta
aku berdoa untukmu dari hatiku
dari hati yang pernah kau sentuh
dan selalu ingin menyentuhmu
semoga abadi bahagiamu
semoga tangan yang ingin kau genggam menyambutmu
semoga aroma yang kau rindukan dapat kau hirup
dan semoga hati yang ingin kau peluk mencintaimu selamanya
Kelu
hanya diam yang aku punya
saat seribu pertanyaan menderaku
tersudut pada keadaan
dan waktu terus menyeretku
aku masih saja diam
satu persatu memaksaku berbicara
namun aku hanya bisa diam
biarkan pertanyaan ini tetap,
menjadi pertanyaan selamanya
mengeja lewat sorot mata
serta likuk raut wajah
dan tak akan satu kata pun keluar
Selamat Ultah, Mak….!!!
Terbangun aku dari mimpi sisa tidurku
lalu memungut kata yang tercecer semalam
kata yang tersusun dari muntah kerinduan
dan kata yang tak sempat aku peluk
hingga merekah dalam kesedihan
Terima kasih Tuhan kau beri batas antara aku dan dirinya
hingga aku sadar betapa pentingnya kasih sayang
Karena Keluhku itu Cinta
tiap hari selalu dimulai dengan keluhan.
hari ini tentang itu, esoknya tentang si itu, lusanya tentang yang itu.
berulang bagai benang kusut yang tak mampu dilihat ujungnya.
dia mengeluh,
aku berusaha memberi sepenggal kalimat bijak.
dia mengeluh lagi,
ku beri lagi senyuman dan usapan pada punggungnya.
Purnama di bulan Mei
sebuah jepit rambut
bermotif ukiran hati
kau selipkan di rambutku
sejenak…
sebelum kau beranjak
tak bisa berkata
aku pun terdiam dalam gelisah
tapi, isakan hati tak bisa kututupi
Seperti rembulan yang merengkhuh malam
terangi hati berpayung cendawan hitam
kau ikrarkan akan kembali
dalam satu sasi
0 komentar:
Posting Komentar